Sunday, September 20, 2015
Gula Rendah Kalori” kultwit @erikarlebang
Pengentalan Darah dan Food Combining
Kultwit Erikar Lebang @erykar
Saya diajak diskusi oleh teman yang takjub akan pengaruh Food Combining dalam kehidupan kesehatannya, padahal ia baru saja mengerjakan. Hal ini disebabkan dia dapet kabar dari temannya bahwa saya pernah membahas bahwasanya minum obat seumur hidup itu akan membuat masalah.
Dulu awalnya ia mengeluh dan minta waktu berbicara terkait problem pengentalan darahnya. Ia ingin tahu bisakah Food Combining mengatasinya. “Kata dokter gue, kalau gak minum obat darah kental gue bisa bikin stroke dan sakit jantung, tapi gak dibilang sampai kapan?” keluhnya.
“Katanya, elu ngetwit, orang rutin minum obat seumur hidupnya, pasti akan membayar mahal di hari depan, paling gak liver atau ginjal rusak,” lanjutnya.
“Tapi karena gak dikasih tau, sampai kapan gue harus minum obat ini, asumsi gue, ya seumur hidup lah? Jadi gimana liver-ginjal gue?” ujarnya lagi.
Bagus! Paling tidak, dia sadar bahwa kesehatan itu tak semata-mata minum obat saat sakit, tapi ada kaitannya dengan “menuai apa yang dilakukan saat ini”. Sedihnya, dokter yang dia sebutkan itu, sama sekali tidak menjelaskan kenapa teman saya punya problem ‘darah kental’. Hanya tahu menyuruh minum obat.
Bagusnya lagi teman saya juga tidak membahas dokternya, saya pun malas kalau disuruh membahas. Fokus saja pada apa yang bisa kita lakukan di sini. Untungnya, semakin menua dia semakin sadar. Dia mulai berusaha mengurangi kegilaannya dalam konsep ‘asal enak hajar’. Hanya metodenya saja belum pas. Kalau perkara makan, teman saya sih tidak usah dibahas. Dia tergolong ‘everythingvora’, apa juga dimakan! Tidak pakai mikir, semua dimakan!
Dia masih mengkonsumsi nasi merah dan dada ayam rebusan, yang selain tidak efektif menjaga kesehatan, juga rasanya pun tak enak, tidak konsistenlah. Sayur? Yah paling top sekelas cap cay lah. Itu juga banyakan bakso dan potongan dagingnya.
Dengan kata lain? Pola makannya masih ‘ngaco’. Pesan tehnya tidak lagi, “es teh manis satu”, tapi diperhalus sedikit menjadi “teh hangat gak pake gula, ya” walau sebenarnya sama saja bohong. Minumannya? Nah ini yang ‘cihuy’. Pagi itu wajib minum kopi. Wajib! Setiap makan, tak sadar kalau pasti pesan teh. Waktu darah kental saja sadar sedikit. Tidak aneh kalau darahnya kental, bukan? Dia memelihara tubuhnya dalam kondisi dehidrasi. Kopi dan teh bertubi dalam keseharian? Elemen diuretikal.
Salah satu syarat dasar produksi darah berkualitas adalah tersedianya cairan tubuh dalam jumlah cukup. Kalau defisit? Ya hanya mendapat salam saja. Olah raga? Wah teman saya ini sih, tergolong orang terlambat tua. Peter Pan Complex.
Olahraganya hanya sebatas games di Play Station atau X-Box. Dia berhenti minum apapun selain air putih, dia mulai sebisa mungkin minum Air Kangen. Kalau tidak, baru minum air kemasan mineral yang bagus.
Singkat cerita, temen saya ini mau saja ‘dikibuli’ panjang lebar tentang gaya hidup Food Combining dan Air Kangen untuk mengatasi masalahnya. Makannya mulai difokuskan ke sayuran segar. Protein hewani ‘dadah-dadah’ saja dulu sementara. Nanti kalau membaik, bolehlah sebulan 2-3 kali.
Kalau beras merah, dia sudah sering. Selanjutnya saya ajari cara masak yang lebih funky, dengan mencampur ikan teri sedikit, biji-bijian, dan garam laut. Dalam waktu singkat, dia menghubungi saya kegirangan. Kualitas darahnya sudah jauh membaik. Tapi bukan itu katalisator utamanya. Sepertinya dia disiplin dalam menjalankan.
Dia merasa sangat sehat. “Badan gue enteng! Tidur lebih nyenyak, jarang capek, energik banget. Gak pernah pilek lagi!” Itu kualitas hidup! Yang dia heran, tak hanya problem darah kentalnya hilang. Tapi masalah turunan lain yang dia tidak sadar kalau itu bentuk penyakit protes tubuh. Problem sembelit, BAB yang sering dua hari sekali. Kini rutin, setiap hari dan umumnya pagi! Rasa sebah di perutnya yang konstan pun kini hilang.
Lepas dari euphoria-nya, tapi itulah inti utama dari menjaga pola hidup. Sisi pola makan, yang pasti. Darah kentalnya, semisal. Bisa dipastikan sirkulasi darah dalam tubuh buruk. Jangan lupa, darah selain bertugas membawa oksigen dan darah putih, ia juga merawat tubuh. Kalau ada kerusakan, substansi yang dibawa, dipergunakan untuk memperbaiki.
Kalau ada benda asing mengganggu, darah putih turun tangan. Darah seperti berpatroli keliling tubuh, membawa substansi penting dan darah putih sebagai ‘satpam’. Setiap sel akan diperiksa apakah ada masalah? Ia akan berusaha meringkus benda asing itu sambil memanggil bala bantuan. Kalau darah berkualitas, tubuh sehat dan ‘kebal’ serangan asing.
Nah, terbayang kan kalau darahnya lambat bergerak akibat kental. Muatan apapun yang ada dalam darah jadi tidak maksimal. Yang rusak telat diperbaiki. Benda asing (virus, bakteri, parasit) bisa mengalahkan darah putih yang terlambat mendapatkan bala bantuan. Tubuh jadi rentan masalah.
Darah lancar, buat organ tercukupi kebutuhannya. Dalam kasus teman saya areal organ cerna. Gerakan memijat usus, peristaltik, menjadi lancar. Semua problem mudah dibuang dari sistem cernanya. Teman saya katakan di awal menerapkan Food Combining, dia jadi sering buang angin. Awalnya takut, karena dipikirnya akibat sering makan sayur segar. Maklum korban mitos, dianggapnya itu makanan biang gas.
Tapi waktu mau distop, tubuhnya membaik. Dia terus makan sayuran segar dan minum air putih. Makan pun kian tertib. Kalau biasanya ngebut kayak mau ngalahin Usain Bolt di 100 meter. “Sekarang gue kalau makan, diadu sama keong jalan, juga kalah” Tapi dia bilang, makan pelan, malah membuatnya cepat kenyang dan nyaman.
Dia jelas berhenti minum obat, yang tadinya diklaim harus diminum seumur hidup. Dan serunya lagi, “dulu kirain kalau gak minum obat kiamat”. To cut the long story short, perubahan pola makan teman saya, hilangkan masalah kesehatan yang paling utama dan tanpa disadari, turunannya. “Gak taunya kok hidup gue malah jadi makin seru sekarang ini? Mau ngapain aja kayaknya bisa. Gue kuat dan sehat” Hore! Paling tidak, aman lah.
Dengan #FoodCombining Diabetes dan Penyakit Degeneratif Lainnya Bisa Membaik
Kumpulan twit suhu mengenai diabetes @erikarlebang
Penderita diabetes yang makannya dihitung kalori ketat, ada gak yang jadi sembuh? Gula darah kembali normal tanpa bantuan obat? Gak ada tuh
Pelaku #Foodcombining yang makannya gak pake ngitung kalori. Tapi cermat amati apa yang dia makan? Banyak yang 'lepas' dari masalah diabetes
Makanan itu harusnya menunjang kebutuhan hidup. Salah satu faktor yang terlupa untuk menunjang hidup adalah keberadaan Enzym
Makanan pabrikan bisa dipastikan minus enzym. Berita buruk lainnya adalah, proses mematikan enzym, biasanya juga merusak mineral, vitamin
Percuma mengkonsumsi makanan rendah kalori, kalau dalam tubuh ia tidak membantu metabolisme. Dan ini umum sekali terjadi, sangat umum malah
Akhirnya zat gizi tersebut terpaksa 'disuntikkan' kedalam makanan dalam bentuk buatan. Apakah sama efeknya ke tubuh, jelas tidak!
Itu sebabnya penderita penyakit degeneratif, diabetes, jantung, ginjal, liver dan sebagainya, seperti terjebak menjadi budak obat-obatan
Lahirlah faham, "Diabetes itu tidak bisa sembuh, tapi bisa dikendalikan", "Gagal ginjal harus membatasi minum dan makan buah-sayur" semisal
Karena apa yang dimakan tidak membantu proses penyembuhan mereka. Malah seringkali menjadi beban. Terpaksa keberadaan obat diperlukan disini
Pomeo populer seperti itu tadi, kita tahu, tidak menghasilkan perbaikan apa-apa. Yang ada orang sakit demikian, cuma bisa 'menunggu waktu'
Basisnya, karena makan cuma dihitung kalori, bukan kualitas makan, apa, bagaimana dan kapan?. Keberdayaan menjaga kesehatan mandiri hilang
Demikian kibulan siang ini. Suka sukur, gak suka unfollow. Gak follow rese? Makan hitung kalori? Coba telen kalkulator, supaya jago ngitung
Thursday, September 17, 2015
Fruktosa buah bagi Diabetes
Ini copas thread ttg fruktosa yang disalahkan... baca bagian komentar banyak diskusi disana...
https://mobile.facebook.com/groups/466855680080631?view=permalink&id=666470340119163&ref=bookmarks
Bacanya perlahan kalo ga ntar puyeng...
Sukrosa memang terdiri dari satu molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Mari telaah ya....biar ga bingung, biar semakin mematuhi juklak yang ada di food combining.
Kebanyakan masukan fruktosa ke dalam tubuh kita, manusia jaman modern, berasal dari gula pasir dan makanan makanan olahan lainnya. Masuknya fruktosa dalam tubuh di jaman modern ini adalah dalm bentuk murninya, contoh pemanis makanan dari corn syrup. Corn syrup merupakan sumber fruktosa murni yang diindustrikan, diproduksi dalam jumlah banyak untuk kebutuhan pemanis secara komersil. Pendek kata kebanyakan fruktosa yg dikonsumsi sehari hari kalau tidak berasal dari gula pasir maka berasal dari fruktosa murni dalam bentuk kue, biskuit, soft drink, sirup dll dll. Tingkat kemanisan fruktosa ini memang paling tinggi diantara gula lain, tingkatny adalah fruktosa, sukrosa, glukosa dan laktosa. Jadi apabila digunakan dalam bentuk murni, sangat banyak fruktosa yang dimasukkan dalam bahan makanan untuk pemanisnya. Ini yang memicu banyaknya konsumsi fruktosa dalam tubuh manusia.
Sukrosa sblm diserap dipecah mjd fruktosa dan glukosa oleh enzym sucrose. Penyerapan kedua monosakarida tsb sangat efisien atau hampir seluruhnya terserap oleh usus halus. Setelah diserap kmdian fruktosa dan glukosa dihantar ke hati untuk proses selanjutnya. Berbeda dgn glukosa, fruktosa hanya mengalami metabolisme yang berarti di sel hati dan sel sperma karena kedua sel tsb yang memiliki aktifitas enzym fruktokinase.
Fruktosa yang terlalu tinggi dalam darah bisa menyebabkan glikasi yaiyu proses bereaksinya fruktosa dan glukosa dalam jaringan tubuh yang bisa menyebabkan diabetes. Fruktosa terlalu tinggi juga memicu proses pembentukan lemak di hati yang akan dikeluarkan ke peredaran darah shg menyebabkan lemak darah atau trigliserida meningkat.
Fruktosa, insulin dan glukosa bisa memicu aktivitas glukokinase yang spesifik sebagai enzym untuk memetabolisme glukosa. Bisa dilihat disini bahwa fruktosa memicu aktivitas enzym glukokinase walaupun dia tidak membutuhkannya untuk metabolismenya. Ada ahli yang berpendapat bahwa sebenarnya fruktosa sebagai signal untuk memicu metabolisme glukosa. Tubuh manusia secara alami mmg telah disiapkan untuk konsumsi karbohidrat utamanya glukosa sbg energi utama dan untuk itu diperlukan mekanisme tertentu oleh alam untuk memfasilitasi kecenderungan tsb. Mekanisme tsb adalah sebagian besar makanan alamiah kita yang berasal dari tumbuhan mengandung karbohidrat tinggi sebagai sumber glukosa sedangkan sumber fruktosanya hanya sedikit dan hanya digunakan untuk membantu mencerna glukosa.
Kondisi alamiah ini memungkinkan kombinasi komplementer antar bahan makanan alamiah yang berguna untuk metabolisme secara keseluruhan. Ambil contoh sederhana, apel hanya mengandung fruktosa sedikit saja, sedangkan nasi sbg bahan pokok makanan orang Indonesia tnyta kandungan glukosanya sangat banyak.
Dari sini kita bs memahami bahwa yang memicu diabetes dan penyakit degeneratif lainnya bukanlah makanan alami, tapi lebih ke makanan olahan yang gulanya saja menggunakan fruktosa murni, bukan gula yang seharusnya ada dalam makanan dan bukan gula yang seharusnya dibutuhkan tubuh. Allah sudah menciptakan semuanya dalam satu keharmonisan di alam yaitu sumber glukosa banyak dan sumber fruktosa sedikit, tapi manusianya saja yang mendekorasi ulang semuanya shg menjadi terbalik komposisinya atau mjd tidak seimbang komposisinya yaitu glukosa san fruktosa sama sama banyak.
Dari sini juga kita mjd semakin paham mengapa saat sarapan, yang utama adalah buah full, tidak mencampur dengan bahan lain agar kandungan fruktosanya hanya berasal dari buah saja ynag komposisinya sangat sedikit dari alam, shg tidak mengganggu keseimbangan kadar gula dalam tubuh.
Dari sini juga, bisa kita lihat bahwa minum perasaan jeniper saat setelah bangun tidur adalah sangat penting, selain untuk mendetoks hati juga utk mempersiapkan hati agar bs berfungsi secafa maksimal, diantaranya utk sempurna memetabolisme fruktosa.
Indah apabila kita memamahami bagaimana Allah sudah mendesain tubuh kita sedemikian rupa agar tetap harmonis dengan alam. Kitanya saja yang selalu merasa kurang dan kurang shg banyak berkreasi merubah komposisi yang harmonis tersebut. 10 cm di lidah ternyata mampu membuat 10m usus menderita